KIMIA MEDISINAL-ANTIHISTAMIN

ANTIHISTAMIN

Histamin adalah mediator kimia yang dikeluarkan pada fenomena alergi. Penderita yang sensitif terhadap histamin atau mudah terkena alergi dikarenakan jumlah enzim-enzim yang dapat merusak histamine di tubuh seperti histaminases dan aminooksidase lebih rendah dari normal.


Antihistamin (antagonis histamin) merupakam suatu zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin.
Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan oleh tanggapan berlebihan oleh tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah signifikan di tubuh.


MACAM-MACAM ANTIHISTAMIN
1.     Antagonis Reseptor Antihistamin (AH1) non sedatif

Antihistamin H1, mengurangi gejala alergi karena musim dan cuaca. Bekerja dengan cara competitif inhibitor terhadap histamine pada reseptor jaringan, sehingga mencegah histamine berikatan serta mengaktivasi reseptornya. Dengan menghambat kerja dari histamine, terjadi berbagai pengaruh yang ditimbulkan antihistamin, yaitu menghambat peningkatan permeabilitas kapiler dan edema yang disebabkan oleh histamin serta menghambat vasokontriksi. Obat ini lebih efektif jika diberikan sebelum pelepasan histamin. Kinetika pada pemberian obat antihistamin H1, diabsorbsi dengan cepat dan baik, kebanyakan senyawa dimetabolisme dalam hati dan dieliminasi terutama dalam bentuk termetabolismenya.



Hubungan struktur dan aktifitas antagonis H1
Antihistamin yang memblok reseptor H1 secara umum mempunyai struktur sebagai berikut :
Ar                = gugus aril, termasuk fenil, fenil tersubstitusi dan heteroaril
Ar’                    = gugus aril kedua
R dan R’              = gugus alkil
X                     = O , turunan aminoalkil eter dengan efek sedasi yang besar
                       = N, turunan etilendiamin, senyawa lebih aktif dan lebih
            toksik
         = CH, turunan alkilamin, senyawa kurang aktif dan kurang
            toksik.

1.     Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1. Monosubstitusi gugus yang mempunyai efek induktif (-), seperti Cl atau Br, pada posisi para gugus Ar atau Ar’ akan meningatkan aktivitas, kemungkinan karena dapat memperkuat ikatan hidrofob dengan reseptor. Disubstitusi pada posisi para akan menurunkan aktivitas. Substitusi pada posisi orto atau meta juga menurunkan aktivitas. 
2.    Secara umum untuk mencapai aktivitas optimal, atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion. 
3.    Kuartenerisasi dari nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang efektif. 
4.    Rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A 
5.    Faktor sterik juga mempengaruhi aktifitas antagonis H1 
6.    Efek antihistamin akan maksimal jika kedua cincin aromatic pada struktur difenhidramin tidak terletak pada bidang yang sama

Berdasarkan struktur kimianya antagonis H1 dibagi ke dalam lima kelompok yakni
1. turunan eter aminoalkil
2. turunan etilendiamin
3. turunan alkilamin
4. turunan piperazin
5. turunan fenotiazin

Ø  Turunan Eter Aminoalkil
Rumus : Ar (Ar-CH2) CH-O-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh: karbioksamin maleat, difenhidramin sitrat dan hidroklorida,
   doksilamin suksinat, embramin hidroklorida, mefenhidramin
   metilsulfat, trimetobenzamin sitrat, dimenhidrinat, klemastin
   fumarat



Hubungan struktur dan aktifitas:
a)    Pemasukan gugus Cl, Br dan OCH3 pada posisi pada cincin aromatic akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
b)   Pemasukan gugus CH3 pada posisi p-cincin aromatik juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi o- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktifitas antikolinergik
c)    Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol, suatu senyawa pemblok kolinergik.





Ø  Turunan Etilendiamin
Rumus umum : Ar (Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh: mepiramin maleat, pirilamin maleat, tripenelamin sitrat dan
             hidroklorida, antazolin fosfat




N (X)                     : Atom penghubung
Rantai 2 atom C      : Penghubung gugus diaril inti dengan gugus amino
tersier.
Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. Antihistamin tipe piperazin, imidazolin, dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin. Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatic sangat kurang basis.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilendiamin
a)    Tripelnamain HCl, mempunyai efek antihistamin sebanding dengan dufenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
b)   Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
c)    Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam sistem heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.

Derivat Etilendiamin: obat golongan ini umumnya memiliki data sedative yang lebih ringan.
1)    Antazolin : fenazolin, antistin, daya antihistaminiknya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lendir. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung.
2)   Mepirin : derivate metoksi dari tripelenamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feniramin dan fenilpropanolamin.
3)   Klemizol : derivate klor yang kini hanya digunakan dalam preparat kombinasi anti-selesma, salep, dan suppositoria obat wasir.

Ø  Turunan Alkilamin
Rumus umum : Ar (Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2
Contoh:  bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat dan tanat,
             deksbromfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat,
             dimentinden maleat, tripolidin hidroklorida, feniramin    
             maleat/pirilamin maleat



Hubungan struktur antagonis H1 dengan turunan alkil amin:
a)    Feniramin maleat, merupakan turunan alkil amin yang memunyai efek antihistamin H1 terendah.
b)   CTM, merupakan antihistamin H1 yang popular dan banyak digunakan dalam sediaan kombinasi.
c)    Dimetinden maleat, aktif dalam bentuk isomer levo.
d)   Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktivitan antihistamin  
e)    Isomer dekstro klorfeniramin maleat mempunyai aktivitas yang lebih besar dibanding campuran rasematnya

Ø  Turunan Piperizin
Turunan ini memunyai efek antihistamin sedang dengan awal kerja lambat dan masa kerjanya relatif panjang.



Hubungan struktur antagonis H1 turunan piperazin:
a)    Homoklorsiklizin, mempunyai spectrum kerja luas, merupakan antagonis yang kuat terhadap histamine serta dapat memblok kerja bradkinin dan SRS-a
b)   Hidroksizin, dapat menekan aktivitas tertntu subkortikal system saraf pusat.
c)    Oksatomid, merupakan antialergi baru yang efektif terhadap berbagai reaksi alerhi, mekanismenya menekan pengeluaran mediator kimia dari sel mast, sehingga dapat menghambat efeknya.

Ø  Turunan Fenotiazin
Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesic dan sedativ.



Hubugan struktur antagonis H1 turunan fenotiazin:
a)    Pemasukan gugus halogen atau C pada posisi 2 dan perpanjangan atom C rantai samping akan meningkatkan aktivitas tranquilizer dan menurunkan efek antihistamin
b)   Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
c)     Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
d)   Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e)     Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.


2. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asma)
Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba. Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor yaitu H1 dan H2.
-Struktur 
Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin mengandung komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen aminomethylfuran moiety.
3. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
 4. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.


PENGGUNAAN UMUM ANTIHISTAMIN
            Menghilangkan gejala yang behubungan dengan alergi, termasuk rinithis, urtikaria dan angiodema, dan sebagai terapi adjuvant pada reaksi anafilaksis. Beberapa antihistamin digunakan untuk mengobati mabuk perjalanan (dimenhidrinat dan meklizin), insomnia (difenhidramin), reaksi serupa parkinson (difenhidramin), dan kondisi nonalergi lainnya.
Lazimnya dengan “antihistaminika” selalu dimaksud H-1 blockers. Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lain, yakni daya antikolinergis, antiemetis dan daya menekan SSP (sedative), dan dapat menyebabkan konstipasi, mata kering, dan penglihatan kabur, sedangkan beberapa di antaranya memiliki efek antiserotonin dan local anestesi (lemah).
 Berdasarkan efek ini, antihistaminika digunakan secara sistemis ( oral,injeksi) untuk mengobati simtomatis bermacam-macam gangguan alergi yang disebabkan oleh pembebasan histamine.

MEKANISME KERJA
Antihistamin bekerja dengan cara menutup reseptor syaraf yang menimbulkan rasa gatal, iritasi saluran pernafasan, bersin, dan produksi lendir (alias ingus). Antihistamin ini ada 3 jenis, yaitu Diphenhydramine, Brompheniramine, dan Chlorpheniramine. Yang paling sering ditemukan di obat bebas di Indonesia adalah golongan klorfeniramin (biasanya dalam bentuk klorfeniramin maleat). Antihistamin menghambat efek histamin pada reseptor H1. Tidak menghambat pelepasan histamin, produksi antibodi, atau reaksi antigen antibodi. Kebanyakan antihistamin memiliki sifat antikolinergik dan dapat menyebabkan kostipasi, mata kering, dan penglihatan kabur. Selain itu, banyak antihistamin yang banyak sedasi. Beberapa fenotiazin mempunyai sifat antihistamin yang kuat (hidroksizin dan prometazin).
1. Antihistamin H1
Meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1. Selain memiliki kefek antihistamin, hampir semua AH1 memiliki efek spasmolitik dan anastetik lokal
 2. Antihistamin H2
Bekerja tidak pada reseptor histamin, tapi menghambat dekarboksilase histidin sehinnga memperkecil pembentukan histamin jika pemberian senyawa ini dilakukan sebelum pelepasan histamin. Tapi jika sudah terjadi pelepasa histamin, indikasinya sama denfan AH 1.

EFEK SAMPING
            Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur.
Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau kurang menimbulkan sedasi.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan tremor. Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan. 
Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena efek antikolinergik tersebut kurang pada pasien yang mendapat antihistamin nonsedatif.
AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi. Selain itu pemberian terfenadin dengan dosis yang dianjurkan pada pasien yang mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid dapat memperpanjang interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel.
Hal ini juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien yang peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia). Kemungkinan adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative dengan terjadinya aritmia yang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.



Referensi:
Ganis S.G, Setiabudy R, Suiyatna. F.D. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.

Tjay T. H dan Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting.  Jakarta: PT Elex Media Komputindo.



PERTANYAAN :
1. Bagaimana obat antihistamin bekerja mengobati reaksi alergi ?
2. Bagaimana interaksi obat antihistamin ?
3. bagamana mekanisme kerja spesifik fenotiazin ?
4. bagaimana interaksi obat antihistamin jika dikombinasikan dg obat lain ?
5. apa pengaruh yang timbul jika antihistamin digunakan dalam jangka panjang ?

Komentar

  1. hi lusy saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1
    tubuh kita memiliki zat kimia bernama histamin. Ketika ada zat-zat berbahaya seperti virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, histamin akan muncul dan bereaksi melawan zat tersebut. Perlawanan histamin melawan zat berbahaya ini bisa membuat tubuh mengalami peradangan atau inflamasi.Namun, jika Anda memiliki alergi, histamin tidak bisa membedakan mana zat berbahaya dan tidak. Hasilnya, ketika ada zat tidak berbahaya seperti makanan, debu, atau serbuk sari, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi. Beberapa contoh reaksi alergi yang terjadi seperti kulit gatal, memerah dan membengkak, pilek, bersin-bersin, mata bengkak dan lainnya.

    Obat antihistamin bisa menghentikan histamin dalam memengaruhi sel tubuh untuk mengeluarkan reaksi alergi tersebut.

    BalasHapus
  2. menurut pendapat saya jawaban no 4 yaitu Obat turunan fenotiazin ini bekerja sebagai antagonis dari reseptor D2 karena afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada reseptor D2 memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak terutama pada jalur mesocortical, nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang menghasilkan efek terapeutik dan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik.

    BalasHapus
  3. Menurut saya jawaban untuk pertanyaan no 1 adalah:
    Nyeri sebenarnya adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh. Dari nyeri ini tubuh akan melakukan tindakan yang diperlukan selanjutnya.
    Mekanisme terjadinya nyeri adalah sebagai berikut rangsangan(mekanik, termal atau Kimia) diterima oleh reseptor nyeri yang ada di hampir setiap jaringan tubuh, Rangsangan ini di ubah kedalam bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri (rasa nyeri yang kita alami)

    BalasHapus
  4. hai lusy, saya menambahkan jawaban untuk no.1 ya...
    mekanisme kerja antihistamin secara umum Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

    lalu, anti histamin terutama yang antagonis H1 yaitu anti histamin yang menghambat reseptor h1. ketika histamin dilepaskan oleh sel mast karena terjadinya reaksi alergi menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada sel endotelia. Vasodilatasi mengakibatkan keluarnya cairan sehingga terjadi swelling. oleh karena itu obat antihistamin H1 akan berikatan dengan reseptor acetilkolin sehingga histamin tidak dapat berikatan dengan reseptor, dan mencegah terjadinya alergi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan dyah, karena antihistamin bekerja dengan mengikat reseptor histaminegik dengan berkompetisi dengan histamin yang dapat menyebabkan alergi

      Hapus
  5. hai lusy disini saya juga akan mencoba menawab pertanyaan no empat,mekanisme kerja fenotiazin adalah:
    Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.

    BalasHapus
  6. hai lusy my
    saya akan mencoba menjawab dari pertanyaan no 3 dimana saaya jawab dengan mengambil 1 contoh obat golongan antihistamin.

    deksklorfeniramini maleat
    Indikasi:

    gejala alergi seperti rinitis alergi, urtikaria, saluran napas atas sistemik.
    Peringatan:

    glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruksi piloro duodenal, hipertrofi prostat, obstruksi struktural kandung kencing, penyakit kardiovaskuler, kenaikan tekanan intraokuler, hipertiroidisme, hindari mengemudi dan menjalankan mesin.
    Interaksi:

    penghambat MAO, alkohol, antidepresan trisiklik, barbiturat, depresan SSP, antikolinergik.

    BalasHapus
  7. hai lussy, wahhh sangat berfaedah sekali infonya yaa. disini saya akan membantu menjawab pertanyaan no 6, bagaimana pengaruh penggunaan antihistamin jangka panjang. jawabannya adalah Penggunan obat antihistamin dalam jangka panjang tentu bisa menimbulkan efek samping. Efek samping akan timbul tergantung dari jenis obat yang di gunakan untuk mengatasi alergi. Pada dasarnya obat alergi bisa dikonsumsi untuk jangka panjang ( 3-6 bulan ) selama dalam pengawasan dan diminum sesuai dengan dosis anjuran yang disarankan dokter. Beberapa efek samping dari penggunaan obat alergi jangka panjang bisa menimbulkan :

    Mulut terasa kering
    Susah pipis
    Pusing
    Mengantuk
    Gangguan penglihatan = katarak dll.
    Timbulnya mimpi buruk.
    Sakit perut
    gelisah.
    terjadi peningkatan ambang toleransi hingga dibutuhkan dosis yang lebih tinggi. Saran terbaik agar alergi tidak timbul adalah dengan mengetahui jenis alergen Anda dengan melakukan tes alergi (RAST, pin prick tes dll) dan menjauhi / menghindari alergen Anda tersebut.
    semoga membantu lussy

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain itu , efek samping nya juga dapat menyebabkan diskaria, meskipun jarang terjadi. dan sensitiasi pada pemakaian topikal, ruam, dan efek samping sistemik lainnya

      Hapus
  8. Pertanyaan no.2
    Antagonis H1
    1. Perpanjangan interval QT dan aritmia dapat terjadi bila terfenadin dan astemizol diberikan bersamaan dengan antijamur (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, dan mikonazol), atau antibiotika golongan makrolid (eritromisin dan klaritomisin).
    2. Efek sedasi antagonis H1 generasi I meningkat bila diberikan dengan obat yang menekan SSP, misalnya alkohol dan diazepam.
    Antagonis H2
    Karena penghambatan P450 di hati, simetidin dapat menghambat metabolisme beberapa obat, seperti teofilin, siklosporin, dan propanolol. Antagonis kalsium, sulfonilurea, warfarin, antidepresan trisiklik dan imipramid. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid. Obat ini meningkatkan metabolisme etanol. Sementara itu, efek ranitidine kecil pada sitokrom P450 sehingga kejadian interaksi obat lebih rendah dibandingkan simetidin. Ranitidin dilaporkan menurunkan absorbsi diazepam, dan juga berinteraksi dengan nifedipin, warfarin, teofilin, dan metoprolol. Untuk famotidin, interaksi obat yang bermakna belum diketahui, sedangkan nizatidin diketahui menghambat dehidrogenase alkohol di mukosa lambung.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan adapun Interaksi antihistamin dengan obat lain Antidepresan trisiklik akan berinteraksi dengan antihistamin dan dapat memperparah efek samping mengantuknya. Antihistamin mizolastine juga dapat berinteraksi dengan beberapa obat lain dan dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang serius. Antihistamin yang satu ini hanya bisa dibeli dengan resep dokter.

      Hapus
  9. pertanyaan no 4
    mekanisme kerja fenotiazin adalah obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.

    BalasHapus
  10. Hi lusi saya kan mencoba menjawab pertanyaan no 5 tentang ES penggunaan jangka pnjang antihistamin ,saya akan mengambil contoh dri panggunaan jangka panjang cetirizin (salah satu contoh dari antihistamin) yaitu:
    1. Reaksi alergi yang semakin buruk seperti pembengkakan pada wajah, lidah, leher, tenggorokan, hingga sulit untuk bernapas.
    2. Mengalami kejang-kejang.
    3. Hingga memar pada bagian bawah jaringan/lapisan kulit yang disertai mudah terjadinya pendarahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju, menurut saya penggunaan jangka panjangdapat memperburuk efek samping

      Hapus
  11. mekanisme kerja dari fenotiain adalah dengan Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

    BalasHapus
  12. hai lusy, antihistamin jika digunakan dalam jangka panjang dapat menyebabkan resiko toksisitas bagi bbrp organ terutama hepar dan ginjal

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya setuju sekali karena metabolismenya di hati dan dieliminasi melalui ginjal

      Hapus
  13. salah satu antihidtamin adalah ranitidin. dapat berinteraksi dengan vit b12, meningkatkan resiko toksisitasnya

    BalasHapus
  14. 1. Histamin dapat menimbulkan efek bila berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, H3. Interaksi histamin dengan H₁menyebabkan kontraksi dengan otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi mukus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan resptor H₁juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeabel terhadap cairan dan plasma protein, yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini diblok oleh antagonis H1.
    Interakasi histamin dengan reseptor H₂dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung disebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan seksresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini diblok oleh antagonis H2.
    Reseptor H₃ adalah reseptor histamin yang baru diketemukan pada tahun 1987 oleh Arrang dkk., terletak pada ujung saraf aringan otak dan jaringan perifer, yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini diblok oleh antagonis H3.

    BalasHapus
  15. Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 1 yaitu,
    Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
    Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
    1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

    BalasHapus
  16. No 1 Menurut artikel yang saya baca, obat-obat antihistamin yang bekerja mengatasi nyeri akan berikatan dengan reseptor AH1, Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

    BalasHapus
  17. nmr 4

    sebagai antagonis dari reseptor D2 karena afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada reseptor D2 memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak terutama pada jalur mesocortical, nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang menghasilkan efek terapeutik dan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik.

    BalasHapus
  18. No.1 antihistamin sebagai antialergi yaitu dengan menghambat berikatan histamin pada reseptor H1, sehingga histamin tidak dapat berikatan pada reseptor dan tidak dapat menimbulkan efek berupa reaksi alergi

    BalasHapus
  19. Penggunaan jangka panjang antihistamin dapat menyebabkan keruskan pada hati, dikarenakan obat tersebut dimetabolisme di organ hati. serta kerusakan pada ginjal dikarenakan sekresi obat ini melalui ginjal berupa urine.

    BalasHapus
  20. mekanisme kerja antihistamin secara umum Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

    lalu, anti histamin terutama yang antagonis H1 yaitu anti histamin yang menghambat reseptor h1. ketika histamin dilepaskan oleh sel mast karena terjadinya reaksi alergi menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada sel endotelia. Vasodilatasi mengakibatkan keluarnya cairan sehingga terjadi swelling. oleh karena itu obat antihistamin H1 akan berikatan dengan reseptor acetilkolin sehingga histamin tidak dapat berikatan dengan reseptor, dan mencegah terjadinya alergi.

    BalasHapus
  21. No 4
    Antihistamin interaksi dgn Alkohol, depresan SSP Menambah efek depresan SSP dan efek lebih kecil pada antihistamin generasi kedua dan ketiga.
    Interaksi dgn loratadine, desloratadineMeningkatkan kadar plasma object drug.

    BalasHapus
  22. saya akan menjawab pertanyaan no 5, menurut saya penggunaan dalam jangka panjang akan merusak hati dan ginjal karena antihistamin banyak dimetabolisme di organ tersebut

    BalasHapus
  23. Lussyana? Jadi gini, Histamin itu dapat menimbulkan efek apabila berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan interaksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.

    BalasHapus
  24. saya akan menambah kan Penggunaan jangka panjang antihistamin dapat menyebabkan toksisitas seperti keruskan pada hati, dikarenakan obat tersebut dimetabolisme di organ hati. serta kerusakan pada ginjal dikarenakan sekresi obat ini melalui ginjal berupa urine.

    BalasHapus
  25. Mekanisme kerja : Fenotiazin adalah antagonis dopamin dan bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone. Obat ini dipakai untuk profilaksis dan terapi mual dan muntah akibat penyakit neoplasia, pasca radiasi, dan muntah pasca penggunaan obat opioid, anestesia umum, dan sitotoksik

    BalasHapus
  26. 2.ranitidin adalah salah satu AH2 yang memiliki interaksi obat sbb:
    Ranitidin tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati.
    Pemberian ranitidin bersama dengan warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.

    BalasHapus
  27. hai lussy, saya akan mencoba menjwaba pertanyaan no 5. adapun penggunaan antihistamin dalam jangka panjang misal spesifiknya obat bepotastin besilat yaitu dapat menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ginjal. sehingga penggunaan obat ini harus dihindari dalam jangka waktu yang lama.

    BalasHapus
  28. Utk prtnyaan no 1, obat antigistamin dalam mengatasi alergi trgantung dri golongan antihistamin mana ya lusy. Jika AH1 maka ia akan brikatan dg reseptor H1, begitupun dg H2, H3, dan H4...

    BalasHapus
  29. 4. misal ctm : Jika Anda mengonsumsi obat lain atau produk toko pada waktu bersamaan, efek dari Ctm Tablet dapat berubah. Ini dapat meningkatkan resiko Anda untuk efek samping atau menyebabkan obat Anda tidak bekerja dengan baik. Katakan pada dokter Anda tentang semua obat, vitamin, dan suplemen herbal yang Anda gunakan, sehingga dokter Anda dapat membantu Anda mencegah atau mengatur interaksi obat. Ctm Tablet dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini:
    Alcohol
    Antipsychotics
    Phenytoin
    Sedatives
    Tricyclic antidepressants

    BalasHapus
  30. Pertanyaan no.2
    Antagonis H1
    1. Perpanjangan interval QT dan aritmia dapat terjadi bila terfenadin dan astemizol diberikan bersamaan dengan antijamur (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, dan mikonazol), atau antibiotika golongan makrolid (eritromisin dan klaritomisin).
    2. Efek sedasi antagonis H1 generasi I meningkat bila diberikan dengan obat yang menekan SSP, misalnya alkohol dan diazepam.
    Antagonis H2
    Karena penghambatan P450 di hati, simetidin dapat menghambat metabolisme beberapa obat, seperti teofilin, siklosporin, dan propanolol. Antagonis kalsium, sulfonilurea, warfarin, antidepresan trisiklik dan imipramid. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid. Obat ini meningkatkan metabolisme etanol. Sementara itu, efek ranitidine kecil pada sitokrom P450 sehingga kejadian interaksi obat lebih rendah dibandingkan simetidin. Ranitidin dilaporkan menurunkan absorbsi diazepam, dan juga berinteraksi dengan nifedipin, warfarin, teofilin, dan metoprolol. Untuk famotidin, interaksi obat yang bermakna belum diketahui, sedangkan nizatidin diketahui menghambat dehidrogenase alkohol di mukosa lambung.

    BalasHapus
  31. menurut pendapat saya jawaban no 4 yaitu Obat turunan fenotiazin ini bekerja sebagai antagonis dari reseptor D2 karena afinitasnya yang tinggi pada reseptor ini. Penghambatan pada reseptor D2 memberikan efek terhalangnya jalur dopaminergik pada otak terutama pada jalur mesocortical, nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang menghasilkan efek terapeutik dan efek samping dari penggunaan obat antipsikotik.

    BalasHapus
  32. saya aan menambahkan Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    BalasHapus
  33. no 5
    Penggunaan jangka panjang antihistamin salah satunya dapat menyebabkan kerusakan pada hati, dikarenakan obat tersebut dimetabolisme di organ hati.

    BalasHapus

  34. Saya akan mrnjawab pertanyaan nmr 5
    Penggunaan jangka panjang antihistamin dapat menyebabkan keruskan pada hati, dikarenakan obat tersebut dimetabolisme di organ hati. serta kerusakan pada ginjal dikarenakan sekresi obat ini melalui ginjal berupa urine.

    BalasHapus
  35. effects dpt meningkat ketika Aceprometazine is combined with Cetirizine

    BalasHapus
  36. (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi, termasuk mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan. Antihistamin mencegah mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun untuk pasien kemoterapi efeknya kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja dengan menghambat dopamin.

    BalasHapus
  37. Ranitidin merupakan salah satu contoh anti histamin yang memiliki interaksi terhadap obat menurut mims adalah
    Delayed absorption and increased peak serum concentration w/ propantheline bromide. Ranitidine minimally inhibits hepatic metabolism of coumarin anticoagulants, theophylline, diazepam and propanolol. May alter absorption of pH-dependent drugs (e.g. ketoconazole, midazolam, glipizide). May reduce bioavailability w/ antacids.

    BalasHapus

Posting Komentar