ANALG€TIK
Analgetik akrab di kenal dengan obat penghilang rasa sakit
dan nyeri. Dimana nyeri dapat digambarkan sebagai perasaan sensoris dan
emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.
keadaan psikis yang sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan
sakit kepala, batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45 ºC.
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) di mana nyeri dirasakan
untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah
saat orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.
PENYEBAB NYERI (SAKIT)
Rangsangan yang menimbulkan rasa nyeri yaitu kerusakan pada
jaringan atau gangguan metabolism jaringan. Hal ini mengakibatkan perubahan
pada konsentrasi penurunan harga PH jaringan, peninggian konsentrasi ion kalium
e2stra sel maupun pembesaran senyawa mediator. Sebagai akibatnya, reseptor
nyeri yang terdapat dikulit, didalam jaringan yang terdapat dalam kerangka
otot, jaringan ikat, dan selaput tulang dapat terangsang. Dari reseptor , nyeri
dikonduksi sebagai impuls listrik yang bersusulan (potensial aksi) melalui urat
saraf sensorik (urat saraf nyeri) ke sumsum tulang belakang dan akhirnya
melalui otak tengah (thalamus) ke sinusoid pusat posterior dari otak besar,
dimana terjadi kesadaran akan nyeri.
MEKANISME NYERI
Mekanisme nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk
melindungi dan memberikan tanda bahaya tentangadanya gangguan di tubuh.
Mekanisme nyeri yaitu rangsangan diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam
bentuk impuls yang di hantarkan ke pusat nyeri di korteks otak. Setelah di
proses dipusat nyeri,impuls di kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi
nyeri.Rangsangan yang diterima oleh reseptor nyeri dapat berasal dari
berbagai faktor dan dikelompokkan menjadibeberapa bagian, yaitu:
1. Rangsangan Mekanik :
Nyeri yang di sebabkan karena pengaruh mekanik seperti tekanan,
tusukan jarum,irisan pisau dan lain-lain.
2. Rangsangan Termal : Nyeri
yang disebabkan karena pengaruh suhu, Rata-rata manusia akan merasakannyeri
jika menerima panas diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut
jaringan akan mengalami kerusakan
3. Rangsangan Kimia :
Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat yang di sebut
mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antaralain: bradikinin,
serotonin, histamin, asetilkolin danprostaglandin. Bradikinin merupakan zat
yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena kerusakan jaringan.
Zat kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri adalah asam, enzim
proteolitik, Zat P dan ionK+ (ion K positif ).
PROSES TERJADINYA NYERI
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang
ditemukan hampir pada setiap jaringantubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem
Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiridari
serabut Aδ bermielin
halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik.
Sistem keduaterdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm,
dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat"
dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajamdan terlokalisasi,
sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan
persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.Pusat nyeri
terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada
neuron traktus spinotalamus lateral danimpuls nyeri berjalan ke atas
melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan
posterolateral dari talamus.Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post
sentral dari korteks otak.
PENGGOLONGAN
ANALGETIK
Berdasarkan
efek farmakologis, obat analgetik dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu sebagai
berikut :
I. ANALGETIK OPIOID (narkotik)
Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang
memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker. Tetapi semua
analgetik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.
v Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgetik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgetiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam).
Penggolongan
analgetik narkotik :
1.
Alkaloid alam: morfin dan kodein
2.
Derivat semi sintes: heroin
3.
Derivate sintetik: metadon, fentanil
4.
Antagonis morfin: nalorfin , nalokson, pentazocin
Analgetika narkotik dapat menekan
fungsi SSP secara selektif. Mekanisme kerja analgesik dengan pengikatan obat
dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan spinal cord. Struktur
yang memiliki peran penting dalam analgesik (dalam morfin) :
§ Struktur
bidang datar yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der wall.
§ Tempat
anionik yang berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.
§ Lubang
yang sesuai untuk –CH2-CH2- dari proyeksi cincin piperidin.
v Contoh obat analgetik opioid
‒
Heroin
‒
Morfin
‒
Kodein
II. OBAT ANALGETIK PERIFER (NON-NARKOTIK)
Obat Analgesik Non-Narkotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan
Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-pbat analgetik perifer : kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal, kerusakan kulit.
v Mekanisme kerja Analgetik Perifer
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis
ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim
COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek
samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus,
kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek
samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis
besar.
v Contoh obat analgetik perifer
‒ Acetaminophen
‒ Aspirin
‒ Diclofenac
‒ Ibuprofen
·
Berdasarkan
struktur kimia, analgetik non narkotik dibagi 7 kelompok antara lain :
a) Turunan Asam Salisilat
Asam salisilat mempunyai aktivitas analgesik antipiretik dan
antirematik. Obat ini bisa digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri
kepala, nyeri otot dan nyeri yang berhubungan dengan rematik. Penggunaan asam
salisilat tidak pernah dilakukan secara per oral karena terlalu toksik. Efek
samping nya adalah iritasi lambung karena gugus karboksilat bersifat asam.
Senyawa-senyawa turunan asam salisilat seperti aspirin, salisilamid, diflunisal
lebih banyak digunakan.
Hubungan struktur dan aktivitas pada turunan asam salisilat
Ø
Senyawa yang aktif sebagai antiradang adalah anion salisilat.
Gugus karboksilat penting untuk aktivitas dengan gugus hidroksil harus
berdekatan.
Ø
Turunan halogen seperti 5-klorsalisilat dapat menambah
aktivitas namun memiliki toksisitas yang lebih besar.
Ø
Pemasukan gugus amino pada posisi 4 akan menyebabkan
hilangnya aktivitas.
Ø
Pemasukan gugus metil pada posisi 3 akan menyebabkan
metabolisme gugus asetil menjadi lebih lambat.
Ø
Penambahan gugus aril pada posisi 5 akan meningkatkan
aktivitas.
Ø
Adanya gugus
difluorofenil pada posisi para dengan karboksilat (misal diflunisal) akan
menambah aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja obat dan menghilangkan
efek samping (iritasi saluran cerna).
Ø
Iritasi lambung pada aspirin ditujukan pada gugus karboksilat
sehingga esterifikasi gugus akan mengurangi efek iritasi.
b) Turunan Anilin
& para Aminofenol
Turunan anilin dan p-aminofenol memiliki aktivitas sebagai
analgesik antipiretik namun tidak memiliki aktivitas sebagai antiradang dan
antirematik. Efek samping yang sering terjadi adalah methaemoglobin dan
hepatotoksik. Contoh : asetaminofen, asetanilid, dan fenasetin.
Hubungan struktur aktivitas pada turunan anilin dan
p-aminofenol
Ø
Anilin memiliki aktivitas antipiretik yang tinggi namun efek
sampingnya juga besar karena menyebabkan methaemoglobin (Hb dalam bentuk ferri,
tidak dapat berfungsi membawa oksigen).
Ø
Substitusi pada gugus amino mengurangi kebasaan sehingga
mengurangi aktivitas dan efek sampingnya.
Ø
Turunan aromatik pada asetanilid dan benzanilid sukar larut
dalam air, tidak dapat membawa cairan tubuh ke reseptor sehingga mengurangi
aktivitasnya. Salisilanilid meskipun tidak memiliki efek antipiretik namun
dapat digunakan sebagai antijamur.
Ø
Para-aminofenol merupakan produk metabolit dari anilin dan
memiliki toksisitas lebih rendah namun masih terlalu toksik untuk digunakan
sebagai obat sehingga perlu modifikasi strukturnya.
Ø
Asetilasi pada gugus amino pada p-aminofenol dapat mengurangi
efek samping.
Ø
Esterifikasi pada gugus hidroksi dengan metil (anisidin),
etil (fenetidin) meningkatkan efek analgesik namun karena masih mengandung
amina bebas, dapat menyebakan methaemoglobin.
Ø
Pemasukan gugus polar, gugus karboksilat ke dalam inti
benzen, akan menghilangkan aktivitas.
Ø
Etil eter dari asetominophen (fenasetin) mempunyai aktivitas
analgesik cukup tinggi namun penggunaan jagka panjang dapat mengakibatkan
methaemoglobin, kerusakan ginjal, dan karsinogenik.
Ø
Ester salisilat pada asetaminofen (fenetsal) mengurangi efek
toksis dan emnambah aktivitas analgesik.
c) Turunan
5-Pirazolon & Pirazolidindion
Mengurangi rasa skt nyeri kepala, nyeri spasma usus, ginjal,
sal empedu&urin, neuralgia, migrain,dismenerhu, nyeri gigi, nyeri rematik.
Efek samping : agranulositosis pada bbrp kasus dpt berakibat fatal.
Hubungan
struktur aktivitas turunan pirazolidindion
Ø
Substitusi atom H pada C4 dengan gugus metil menghilangkan
aktivitas antiradang karena senyawa tidak dapat membentuk gugus enol.
Ø
Penggantian 1 atom N pada inti pirazolidindion dengan atom O,
pemasukan gugus metil dan halogen pada cincin benzen dan penggantian gugus
n-butil dengan gugus alil atau propol tidak memengaruhi aktivitas antiradang.
Ø
Penggantian inti benzen dengan siklopentan atau sikloheksan
akan menghilangkan aktivitas.
Ø
Penigkatan keasaman akan mengurangi efek antiradang dan
meningkatkan efek urikosurik.
d) Turunan Asam
N-Arilantranilat
Turunan asam N-antranilat merupakan analog nitrogen dari asam
salisilat. Turunan ini memiliki antiradang pada pengobatan rematik, mengurangi
rasa nyeri pada nyeri ringan dan moderat. Efek samping iritasi saluran cerna,
diare, mual, nyeri abdominal, anemia, agranulositosis, dan trombositopenia.
Contoh : Asam mefenamat, asam flufenamat, asam meklofenamat
Hubungan struktur aktivitas turunan asam antranilat
Ø
Aktivitas lebih tinggi jika pada inti benzen yang memunyai
atom N dengan posisi 2,3, dan 6.
Ø
Senyawa yang aktif adalah turunan senyawa 2,3 disubstitusi.
Ø
Memilikiaktivitas lebih tinggi jika gugus pada N-aril di luar
koplanaritas asam antranilat.
Ø
Struktur tidak planar
tersebut sesuai dengan reseptor hipotetik antiradang.
Ø
Adanya substitusi pada o-metil pada asam mefenamat dan o-klor
pada asam meklofenamat meningkatkan aktivitas analgesik.
Ø
Penggantian atom N pada asam mefenamat dengan senyawa
isosterik seperti O,S, CH2 menrurunkan aktivitas.
e) Turunan Asam
Arilasetat & Heteroarilasetat
Turunan asam arilasetat dan heteroarilasetat memiliki
aktivitas cukup tinggi namun efek samping pada saluran cerna cukup besar.
Contoh : diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, fenoprofen, namoksirat, dan fenbufen
Hubungan
struktur aktivitas turunan asam arilasetat dan heteroarilasetat
Ø
Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam
enolat, asma hidroksamat, sulfonamida, tetrasol yang terpisah oleh 1 atom C
dari inti aromatik datar.
Ø
Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan
aktivitas antiradang. Contoh : ibufenak tidak mempunyai gugus α-metil dan
bersifat hepatotoksik. Makin panjang rantai C, aktivitas semakin rendah.
Ø
Adanya α-substitusi
senyawa bersifat optis aktif dan kadang-kadang isomer 1 lebih aktif dibanding
yanglain. Konfigurasi yang aktif adalah bentuk isomer S. Contoh : S(+)
ibuprofen lebih aktif dibanding isomer (-). Sedangkan isomer (+) dan (-)
fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.
Ø
Mempunyai gugus
hidrofob yang terikat pada C inti aromatik pada posisi meta atau para dari
gugus asetat.
Ø
Turunan ester dan amida juga memunyai aktivitas antiradang
karena secara in vivo dihidrolisis menjadi bentuk asamnya.
f) Turunan Oksikam
Turunan ini umumnya bersifat asam, mempunyai efek antiradang,
analgesik, antipiretik, efektif untuk pengobatan simtomatik rematik atritis,
osteoartritis, dan antipirai.
Contoh :
piroksisam, tenoksisam, isoksisam.
Ø
Piroksisam
Piroksisam memilikiefek analgesik, antirematik, antiradang setara dengan indometasin dengan masa kerja yang cukup panjang. Piroksisam memiliki efek samping iritasi saluran cerna yang cukup besar. Piroksisam terserap dengan baik pada saluran cerna, 99% obat terikat pada protein plasma. Kadar tertinggi plasma pada 3-5 jam setelah pemberian oral dengan waktu paro plasma 30-60 jam.
Piroksisam memilikiefek analgesik, antirematik, antiradang setara dengan indometasin dengan masa kerja yang cukup panjang. Piroksisam memiliki efek samping iritasi saluran cerna yang cukup besar. Piroksisam terserap dengan baik pada saluran cerna, 99% obat terikat pada protein plasma. Kadar tertinggi plasma pada 3-5 jam setelah pemberian oral dengan waktu paro plasma 30-60 jam.
Ø
Tenoksisam
Tenoksisam mempunyai aktivitas antiradang , analgesik-antipiretik dan juga menghambat agregasi platelet. Tenoksisam terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka. Efek iritasi saluran cerna cukup besar dengan waktu paro 72 jam.
Tenoksisam mempunyai aktivitas antiradang , analgesik-antipiretik dan juga menghambat agregasi platelet. Tenoksisam terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan dan kelainan degeneratif pada sistem otot rangka. Efek iritasi saluran cerna cukup besar dengan waktu paro 72 jam.
EFEK SAMPING OBAT ANALGETIK
1. Gangguan Saluran Cerna
Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin
berperan melindungi saluran cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran
asam lambung dan mengeluarkan cairan (mukus) sehingga mengakibatkan dinding
saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa merusak.
2. Gangguan Hati (hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol.
Untuk penderita gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada
ginjal. Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan
terganggu, terjadi gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan
raksi alergi. Reaksi dapat berupa rinitis vasomotor, asma bronkial hingga
mengakibatkan syok.
Referensi :
Gunawan.G.S.
2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tjay., dan
Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Jakarta : PT. Alex
Media.
PERTANYAAN !
1. Bagaimana cara mengatasi ketergantungan
akibat mengkonsumsi obat
analgetik
narkotik agar tidak di konsumsi secara terus menerus ?
2. jelaskan reseptor apa saja yang terlibat dalam proses terjadinya nyeri?
3. Bagaimanakah cara
menentukan farmakofor pada setiap obat analgetik ?
4. Bagaimakah cara
pemilihan obat analgetik untuk setiap pasien yang memiliki
penyakit dan riwayat penyakit yang berbeda
? jelaskan !
5. Apakah
analgetik narkotik dapat dikonsumsi dalam jangka panjang? Jelaskan
Bagaimana efek sampingnya?
6.Mengapa pada
wanita yang sedang mengalami haid tidak boleh mengkunsumsi
obat
analgetik ?
7. Obat analgetik
apa yang baik dikonsumsi oleh ibu hamil ? apa pengaruhnya pada
janin?
8. Apakah obat
analgetik narkotik dan non narkotik dapat di kombinasi ? jika iya,
bagaimana interaksi obatnya ?
9. Mengapa pasien
yang memiliki riwayat penyakit gangguan pada hati tidak di
anjurkan untuk mengkonsumsi obat paracetamol
? sedangkan paracetamol
merupakan obat analgetik yang banyak
digunakan !
10. Apakah efek
samping yang paling sering terjadi akibat mengkunsumsi obat
analgetik?
Saya akan menjawab pertanyaan anda yang no 6 menurut saya boleh boleh saja kita meminum obat analgetik tsb, selama kita tidak memiliki alergi terhadap obat tersebut, kecuali jika kita meminum obat hormonal yang bisa membuat haid kita terhentu baru itu dilarang
BalasHapusBegitu ya kak, alergi seperti apa ya kak sehingga obat analgetik tidak boleh di konsumsi oleh wanita sedang haid?
Hapuscontohnya saja alergi obat jika kita masih mengkonsumsi obat tersebut pada waat haid di khawatirkan akan terjadi sesuatu
HapusMenurut saya jawaban pertanyaan nomor 10 mengenai efek samping yang paling sering untuk anal getik itu banyak tergantung jenis analget yang digunakan, dan penggunaannya. Salah satunya menyebabkan kantuk, alergi, iritasi pada lambung, gangguan ginjal, hati, bahkan sedatif untuk golongan narkotik.
BalasHapussaya ingin menambahkan jika penggunaan analgesik ibu profen maka dapat menimbulkan efek seperti timbulnya ruam,telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.
HapusJadi, efek samping yg terjadi itu tergantung dg analget yang di gunakan ya kak? Apakah ada salah satu obat analgetik yang dapat menimbulkan suatu efek samping yang berbahaya bahkan sampai mematikan?
Hapusmenurut saya sesuatu yang dikonsumsi berlebihan pasti menimbulkan efek contohnya saja analgetik narkotik jika dikonsumsi berlebih pasti menimbulkan ketergantungan dan bahkan kematian
Hapussaya mau ikut berdiskusi kak, mengenai soal nomor 1, menurut saya cara mengatasi ketergantungan akibat mengkonsumsi obat analgetik narkotik sama halnya dengan seseorang yang kecanduan narkoba, maka penyembuhannya dapat dilakukan dengan penurunan dosis atau pemberian obat lain yg memiliki efek sama sehingga gejala putus obat atau pemberhentian pemberian obat tidak langsung dialami oleh pasien yang ketergantungan, melainkan melakukan penurunan dosis obat hingga pasien bisa benar benar bisa lepas penggunaan obat (ketergantungannya).
BalasHapusSaya sependapat, untuk menghindari ketergantungan, pasien sebaiknya mengkonsumsi obat sesuai dg anjuran dokter dan tidak menambah dosis tanpa izin dokter, dan untuk ketergantungan sendiri jika digunakan secara terus menerus, namun penggunaan analgetik narkotik tidak digunakan dlm jangka panjang, namun bila terjadi kecanduan, memang bemar harus dilakukan tapping doses, penurunan dosis secara bertahap
HapusHay lusi, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmr 7. Sampai saat ini analgetik yg aman untk ibu hamil adalah paracetamol (pct murni bukan pct dg tambahan kafein)
BalasHapussaya ingin menambahkan jawabannya. iya benar kata kak deby, obat yang paling aman parasetamol pada trimester ke 3. sebaiknya hindarin pemberian ibuprofen karena akan menyebabkan fatal pada janin menyebabkan prematur dan kecacatan
HapusJadi, obat yg aman buat ibu hamil obat paracetamol murni ya kak?
HapusSaya mau memastikan aja nih kak, setau saya dan mungkin menurut orang awam juga begitu, pada ibu hamilkan sebaiknya tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat obatan, karena semua obat2an memiliki efek samping tertentu karena sistem imun pada ibu hamil cenderung lebih rapuh dibandingkan dengan orang yang tidak hamil, sehingga setelah mengkonsumsi obat2an baik itu paracetamol akan mengganggu perkembangan janin, nah hal seperti itu bagaimana ya kak?
saya mencoba menjawab prtanyaan no 2 ini saya dapatkan dari suatu wacana :
BalasHapusBerdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.2,6,12
1) Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.
b. Serabut C, merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
2) Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
3) Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.
semoga bermanfaat
saya akan mecoba menjawab pertanyaan nomor 6
BalasHapusMenurut saya dalam keadaan menstruasi boleh menggunakan obat analgetik asalkan dosis yang kita minum sesuai dan tidak melebihi dosis
Jadi semua jenis analgetik dapat di konsumsi ya kak? Apakah ada obat analgetik tertetu yang bisa di konsumsi oleh wanita sedang menstruasi?
Hapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3, cara menentukan farmakofor pada setiap obat analgetik adalah dengan cara
BalasHapusa. mempunyai suatu atom pusat C yang tidak diikat oleh otom hidrogen
b. pada atom pusat ini langsung mengikat cincin aromatik
c. suatu basa yang terikat
Apakah ada contoh yang bisa kakak jelaskan agar mudah difahami?
Hapus2. Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik.
BalasHapusSerabut Aδ berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak.
Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
hai lusy untuk pertanyaan no 6
BalasHapusobat analgetik pada dasarnya tidak masalah dikonsumsi oleh wanita haid karena pada umumnya wanita dengan nyeri haid yang berlebihan dapat mengkonsumsi obat NSAID untuk mengurangi nyeri nya
8. Ketorolak merupakan salah satu contoh analgetik nonnarkotika yang dapat dikombinasi dengan analgetik narkotika.
BalasHapusmenurut saya, analgetik narkotik tidak bisa dikonsumsi dalam jangka panjang, karena dapat meningkatkan resiko toksisitasnya
BalasHapusuntuk jawaban nomor 10. menurut saya efek samping yang paling sering untuk anal getik itu banyak tergantung jenis analget yang digunakan, dan penggunaannya. Salah satunya menyebabkan kantuk, alergi, iritasi pada lambung, gangguan ginjal, hati, bahkan sedatif untuk golongan narkotik. contohnya pada ibu profen maka dapat menimbulkan efek seperti timbulnya ruam,telinga berdenging, sakit kepala, pusing, mengantuk, sakit perut, mual, diare, sembelit, dan mulas.
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan no. 9 paracetamol tidak boleh digunakan dalam jangka panjang sebab dapat menimbulkan kerusakan hati karena paracetamol di metabolisme di hati jika dikonsumsi terus menerus maka kadar paracetamol dihati akan tinggi dan menyebabkan toksik dan kerusakan hati
BalasHapussaya akan menjawab soal no. 2
BalasHapusReseptor nyeri di dalam kulit dan jaringan lainnya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan-jaringan dalam tertentu. Reseptor lainnya yang sensitif terhadap suhu panas atau dingin yang ekstrem disebut reseptor nyeri termosensitif yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut C yang tak bermielin. Reseptor ini mempunyai respon terhadap suhu dari 30oC-45oC dan pada suhu diatas 45oC, mulai terjadi kerusakan jaringan dan sensasinya berubah menjadi nyeri (Puspitasari, et al. 2003).
pertanyaan no 10
BalasHapusSalah satunya menyebabkan kantuk, alergi, iritasi pada lambung, gangguan ginjal, hati, bahkan sedatif untuk golongan narkotik.
no 10
BalasHapusEfek samping yang ringan yaitu mengantuk
2. Iritasi lambung, khususnya untuk golongan Para-Amino-Salisilat (Asetosal & Asam Salisilat)
3. Penurunan daya reflek pada syaraf, jika pemakaian jangka lama
4. Efek ketergantungan terjadi hanya pada Analgesik Narkotik (co: Morphin)
5. Kerusakan hati dapat terjadi pada Paracetamol jika digunakan dalam jangka lama
6. Kerusakan ginjal dapat terjadi jika pemakaian Analgesik dalam jangka lama & terus menerus
7. Kerusakan dapat terjadi pada reseptor penerima analgesik jika pemakaian berlebihan
Untuk jawaban no 4, yang harus dilakukan adalah melihat dulu riawayat penyakitnya, apakah termasuk nyeri yang ditimbulkan dr penyakit tersebut termasuk nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri yang disertai dengan pembekakan, dan nyeri hebat. Jika nyeri ringan obat yang digunakan adalah paracetamol, asetosal, mefanaminat, dll. Jika nyeri sedang maka obat yang digunakan adalah kofein. Jika nyeri yang diaertai dengan pembekakan maka obat yang digunakan adalah aminkfenazon, ibuprofen dll. Jika nyeri hebat maka obat yang digunakan adalah morfin atau tremadol
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya akan menjawab pertanyaan no 5
BalasHapusPenggunaan analgetik dalam jangka panjang dapat meningkatkan toksisitas
saya akan menambahkan jawaban no 6
BalasHapusseperti hal nya ogolongan analgetik non narkotik ,
obat Asam mefenamat merupakan obat golongan anti inflamasi non-steroid yang bekerja dengan mengurangi peradangan dan rasa nyeri. Asam mefenamat dapat mengurangi rasa nyeri saat haid dan mengurangi volume perdarahan yang banyak saat menstruasi. Namun obat ini dapat mengurangi kesuburan seseorang sehingga sebaiknya dihindari konsumsinya pada wanita yang sedang merencanakan kehamilan. Saat mengalami nyeri haid penggunaan obat pereda nyeri tidak masalah untuk dikonsumsi sesekali pada saat diperlukan. Namun bila setiap kali nyeri haid yang timbul selalu berlebihan sehingga menyebabkan Anda harus terus mengonsumsi obat pereda nyeri untuk mengatasinya, kondisi ini perlu ditelusuri penyebab yang mendasarinya agar dapat diberikan penanganan yang tepat. Nyeri haid yang tidak tertahankan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan gejala tertentu (misalnya mual dan muntah, bahkan hingga pingsan) merupakan kondisi yang tidak normal. Secara medis kondisi ini disebut sebagai dismenore sekunder. Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan timbulnya dismenore sekunder adalah:
Endometriosis (lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rahim)
Penggunaan KB spiral/IUD
Pertumbuhan fibroid/miom
Radang panggul
Stenosis leher rahim (pembukaan leher rahim sangat kecil)
Adenomiosis (lapisan dalam dinding rahim tumbuh pada otot dinding rahim)
dan sebagainya
Saya akan menjawab pertanyaan no. 9. Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-acetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril. Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.
BalasHapus